Rabu, Mei 25, 2011

Catatan Iseng Tentang Selera Bermusik

4 menit pertama di Hari Rabu, 25 Mei 2011. Masih berkutat dengan netbook jadul yang terhubung modem internet berkecepatan "rada lemot". Seperti malam-malam biasanya, malam ini saya masih terjaga walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 00.lewat dikit (estimasi aja dari kata-kata pertama). Hmmmmmm... topik-topik... kira-kira topik apa yang ngejreng untuk malam ini. Music, I think that's a good one...

Kalo ngomong selera bermusik, banyak yang bilang selera saya bermusik terlalu kebarat-baratan. Ya, inilah selera saya. Dari beberapa tahun terakhir saya lebih suka mendengar musik barat ketimbang musik dalam negeri, tapi bukan berarti saya tidak menyukai musik dalam negeri ya. Beberapa musisi dan grup musik lokal menjadi favorit saya seperti GIGI, Sheila on 7 (waktu masih jaman-jamannya Sephia dkk), bahkan Stinky yang dulu digeluti oleh Andre Taulany and the gank pun tak luput dari perhatian saya. Selain itu, alunan meallow nan romantis ala Rio Febrian, Marcell dan Glenn Fredly juga menjadi top listening saya jika mendengar musik. Saya memang suka irama meallow untuk lagu-lagu yang saya dengarkan.Pada saat itu juga sebenarnya saya juga sering mendengar musik-musik barat dari Boyband Westlife, MLTR, (yang mungkin menjadi cikal bakal kiblat selera musik saya, *ceileeeeee...).

Tapi sayang sekali, kancah musik lokal sekarang dipenuhi oleh para musisi-musisi "karbitan" yang menampilkan jenis musik lebay dan berlirik norak (terlepas dari masalah kreasi/kreatif, tapi maaf, jenis ini memang bukan menjadi selera saya). Saya tidak perlu menyebutkan musisi mana yang saya maksud, karena readers yang mempunyai pendapat sama dengan saya juga pasti mengetahui akan hal ini. Inilah yang menjadi alasan dan faktor mengapa saya beralih ke musik mancanegara. Terserah bagaimana pendapat readers, apakah saya terlalu men-deskredit-kan musik lokal saat ini atau tidak, tapi sekali lagi maaf pendapat saya tentang jenis musik seperti itu memang tidak bisa saya terima.

Saya lebih melihat sisi positif mengapa saya memilih musik barat ketimbang musik lokal. Dilihat dari segi bahasa pun, setidaknya kita bisa sedikit belajar bahasa Inggris dari lagu-lagu barat yang kita dengarkan (setidaknya bisa menambah kosakata baru). Beberapa lagu juga menggambarkan sisi kehidupan sosial manusia, yang artinya tidak terlalu terpaku dengan tema C.I.N.T.A! (haiks cuih!). Selain itu, readers juga bisa menganalisis bagaimana gaya atau cara berbahasa di lagu-lagu barat, mereka menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton, yang menunjukkan lagu tersebut tercipta dari hasil kreatifitas dalam arti YANG SEBENARNYA.

Seorang penyanyi pria mancanegara yang beberapa waktu terakhir menjadi favotir saya adalah Jason Mraz. Beberapa lagunya memberikan pelajaran tentang apa saja bagi saya. I'm Yours yang sepintas memang bertema cinta, tapi jika didalami lebih lanjut, kita akan mengetahui seberapa besar rasa memiliki seseorang terhadap orang lain di sekitarnya. Love for The Child, dari judulnya sudah sanagt mengerti kemana arah lagu ini berjalan. Lagu yang menceritakan bagaimana kita dapat mencintai anak kecil yang kelak akan meneruskan "tugas" kita. Masih banyak lagi sebenarnya lagu-lagu dari dia yang menjadi favorit saya seperti Beautiful Mess (yang bahkan saya bawakan bersama teman saya dari Medan, Dian Azhari Syam waktu kami di Kanada), Life High, Please Don't Tell Her, Mr. Curiousity, and many more... Lagu-lagu ini sering saya nyanyikan kala waktu senggang bersama gitar usang di dalam kamar.

Kembali ke musik lokal, lalu, bagaimana saya menanggapi lagu-lagu "yang tidak bisa diterima oleh telinga saya"?. Ah, biarlah mereka bangga dengan kreatifitas mereka, toh saya punya persepsi sendiri akan apa yang saya sukai, tentang apa yang menjadi selera saya, dan tentang apa yang akan saya jalani. That's mean, do what you wanna do, and never ever cares with someone who's never likes with what you will to do... :)

0 comments:

Posting Komentar

For all Bloggers from BaBel, join this...

 
;